PENERAPAN SNI 4480:2016 SEBAGAI PEDOMAN PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI
Cabai (Capsicum annum) termasuk famili Solanaceae yang merupakan komoditas sayuran penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Banyak petani membudidayakan tanaman cabai sebagai usaha utama dalam mata pencaharian sehari-hari. Harga cabai sewaktu-waktu bisa menyebabkan inflasi ekonomi yang cukup tinggi, di mana harga cabai bisa melambung tinggi, tetapi juga bisa turun sangat rendah. Maka dari itu cabai menjadi komoditas sayuran yang menjadi perhatian serius pemerintah selain bawang merah.
Cabai mempunyai berbagai macam jenis yang dibudidayakan oleh petani, seperti cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan cabai hias. Petani akan mengusahakan cabai sesuai dengan permintaan pasar yang disesuaikan dengan waktu dan tempat, hal ini untuk mengurangi kerugian secara finansial. Kerugian petani bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu cuaca, hama dan penyakit. Untuk itu petani harus bisa mengatur pola tanam yang disesuaikan dengan musim dan perlakuan pencegahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Gangguan penyakit merupakan salah satu penyebab turunya produksi dan gagal panen, di mana serangan penyakit cukup sulit dikendalikan karena penyebarannya yang sangat cepat dan sulit tidak terdeteksi secara visuamualai dari persemaian hingga hasil panennya.
Penyakit pada cabai erat kaitannya dengan patogen. Kata patogen berarti sesuatu yang menyebabkan tanaman menderita. Oleh karena itu patogen atau penyebab tersebut tidak selalu berupa makhluk hidup (animate pathogen), tetapi juga sesuatu yang tidak hidup (inanimate pathogen) seperti virus, hara, air atau penyebab lainnya.
Setiap fase pertumbuhan tanaman memiliki kerentanan yang berbeda. Hal ini menyebabkan jenis penyakit dominan yang menyerang setiap fase pertumbuhan berbeda pula. Pada masa-masa tersebut ada penyakit yang menjadi penyakit utama dan ada pula yang dapat diabaikan. Mengetahui jenis penyebab penyakit (patogen) yang benar adalah penting untuk menentukan pengendalian yang harus dilakukan. Gejala-gejala visual kunci suatu penyakit menjadi petunjuk kepada penentuan patogen penyebabnya.
Selama ini petani selalu mengupayakan pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida kimiawi sebagai bahan yang dirasa dapat memberikan hasil yang lebih baik. Kesalahan petani yang sering dilakukan dalam menggunakan pestisida dengan adalah tidak memperhatikan lima unsur T, yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Sehingga hasil yang diperoleh banyak yang tidak memenuhi standar kesehatan produk.
Dalam mengupayakan supaya hasil produk pertanian memenuhi standar kesehatan, maka perlu dilakukan penerapan Standar Nasional Indonesia khususnya pada tanaman cabai, yaitu SNI 4480:2016 yang didalamnya juga mengacu pada beberpa SNI lainny seperti SNI 7313: Batas maksimum Residu Pestisida hasil Pertanian dan SNI 7387 : Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam pangan.
PENERAPAN SNI
Dalam SNI 4480:2016 tentang cabai, mencakup beberapa rangakaian penjelasan yaitu :
Pengkelasan
Cabai secara umum dibagi menjadi tiga kelasa, yaitu kelas super (bebas dari kerusakan), kelas 1 (kerusakan 5 % dari jumlah) dan kelas 2 (kerusakan 10 % dari jumlah.
Persyaratan Mutu
Persyaratat mutu meliputi : Sehat dan utuh, penampilan segar, padat, layak konsumsi, bersih bebas kotoran, bebas hama dan penyakit, bebas dari memar, bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim, bebeas kerusakan karena kelembaban yang berlebihan, bebas dari bau dan rasa asing, bentuk, warna dan ras sesuai deskripsi varietas.
SNI: 7313. Tentang Batas Maksimum Cemaran Residu Pestisida:
Bahan aktif:
1. Bendiokarb : mak 0,2 mg/kg
2. Diofentiuron : mak 0,2 mg/kg
3. Fipronil : mak 0,05 mg/kg
4. Imidakloprid : mak 0,1 mg/kg
5. Iprodion : mak 5 mg/kg
6. Metamidofos : mak 2 mg/k)
7. Metomil : mak 1 mg/kg
8. Monokrotofos : mak 0,2 mg/kg
9. Profenofos : mak:5 mg/kg
SNI :7387 tentang Batas Maksimum Cemran Logam Berat Dalam Pangan
Cemaran logam
1. Arsen (AS) : mak 0,25 mg/kg
2. Kadmium (Cd) : mak 0,2 mg/kg
3. Merkuri (Hg) : mak 0,03 mg/kg
4. Timbal ( Pb) : mak 0,5 mg/kg
5. Timah : mak 40 mg/kg
PENYAKIT TANAMAN CABAI BERDASARKAN FASE PERTUMBUHAN
- Penyakit Terbawa Biji
Diketahui bahwa biji cabai dapat membawa penyakit (seed-borne disease) dan ini cukup membahayakan tanaman-tanaman berikutnya. Patogen yang terbawa ini adalah dari kelompok patogen hidup dan gejala penyakit umumnya tidak muncul pada biji
a. Bakteri
- Penyakit ini disebabkan oleh patogen Xantomonas campestris pv. Vesicatoria, dengan gejala tidak tampak dan biji normal seperti sehat. Pencegahan dilakukan dengan perendaman biji dengan larutan NaOCl 1,3 % selama 1 menit atau CuSO4 0,75 % selama 10 menit.
b. Cendawan
- Penyakit ini disebabkan oleh patogen Colletotrichum spp. (capsici dan gloeosporiodies). Biji yang terkotaminasi berwarna hitam atau coklat kehitaman dengan bentuk biji tidak bernas. Pengendalian dengan menggunakan biji bersertifikat, tidak menggunakan biji abnormal dan rendam dalam air panas ± 550C selama 30 menit atau fungisida sistemik selama 1 jam.
C. Virus
- Penyakit ini disebabkan oleh patogen Tobacco Mozaik Virus (TMV) dan kadang Cucumber Mozaik Virus (CMV) dengan gejala kadang tidak tampak, dengan biji seperti normal dan sehat. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan biji bersertifikat, larutan 10 % Na3PO4 selama 1-2 jam, jika biji kering rendam selama satu malam.
2. Penyakit di Persemaian
a. Bakteri
- Penyakit ini bernama Layu Bakteri yang disebabkan oleh patogen Ralstonia solanacearum, dengan gejala tanaman layu dari pucuk dan menyebar keseluruh tanaman dan mati. Pengendalian dengan menggunakan media semai sbp soil, tanaman terinfeksi dicabut, pembukaan naungan semai secara bertahap dan pemberian fungisida/bakterisida dengan dosis terendah.
b. Cendawan
- Penyakit ini dinamakan rebah kecambah atau damping off yang disebabkan oleh patogen Rhizoctonia solani, Phytium spp, Fusarium spp, Phytoptora sp atau Colletotrichum spp, gejala yang ditimbulkan biji gagal berkecambah, kecambah tiba-tiba mati,semaian kerdil. Pengendalian dengan menggunakan media semai sbp soil, tanaman terinfeksi dicabut, pembukaan naungan semai secara bertahap dan pemberian fungisida/bakterisida dengan dosis terendah.
c. Nematoda
- Penyakit dinamakan bengkak akar/puru yang disebabkan oleh patogen Meloidogyne spp.dengan gejala tanaman tampak kekuningan walau tampak sehat, ada bintil akar yang sulit dilepas. Pengendalian dengan menggunakan media semai tanah sub soil dan pupuk kandang matang, pasir yang diseterilisasi, semaian yang terinfeksi dicabut dan dibuang.
d. Virus
- Penyakit ini bernama Mozaik belang kuning/klorosis, yang disebabkan oleh patogen Potato Virus (PVY), CMV, Tobacco Etch Vurus (TEV),dan TMV, dengan gejla daun belang kuning atau klorosis. Pengendalian dilakukan dengan membuang semaian yang terinfeksi dan mengendalikan vektornya (kutu daun) dengan insektisida yang tepat.
3. Penyakit Fase Vegetatif dan Generatif
a. Bakteri
- Penyakit ini dinamakan Bercak bakteri yang disebabkan oleh patogen Xanthomonas campestris p.v. vesicatoria (Xcv). Gejala yang ditibulkan adalah adanya becak hitam kecoklatan pada daun dan ranting. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan lahan yang sehat, bukan bekas pertanaman yang terkena penyakit,membersihkan lahan dan membalik tanah, pemupukan berimbang, peninggian guludan, dan penanaman tumpang sari dengan tomat, penggunaan mulsa hitam perak, tanaman yang sakit dicabut dan dibuang, semprot dengan pestisida nabati dari ekstak bunga marigol, tembakau.
- Penyakit Layu Bakteri disebabkan oleh patogen Ralstonia solanacearum, dengan gejala daun layu pada bagian bawah setelah beberpa hari menjadi layu permaen dan daun tetap berwarna hijau dan kadang kekuningan. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan lahan yang sehat, bukan bekas pertanaman yang terkena penyakit,membersihkan lahan dan membalik tanah, pemupukan berimbang, peninggian guludan, dan penanaman tumpang sari dengan tomat, penggunaan mulsa hitam perak, tanaman yang sakit dicabut dan dibuang, semprot dengan pestisida nabati dari ekstak bunga marigol, tembakau.
b. Cendawan
- Penyakit Antraknose, yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum spp, dengan gejala mati pucuk dan menyebar ke ranting dan batang berwarna hitam kecoklatan yang kemudian kering dan mati. Pengendalian dengan pemupukan berimbang, peninggian guludan, pemakaian mulsa hitam perak, tumpang sari. Pengendalian penyakit ini dengan fungisda klortalonill (Daconil 500 f 2 gr/l) dan propinep (Antracol 70 WP 2 gr/l), kedua fungisida digunakan secara bergantian.
- Penyakit Bercak daun Serkospora yang disebabkan oleh patogen Cercospora capsici ,dengan gejala adanya bercak pada daun,tangkai dan batang yang berbentuk oblong (bulat) sirkuler yang bagian tengahnya berwarna abu-abu dan coklat pinggirnya dan daun menjadi kuning dantua sebelum waktunya. Pengendalian dengan pemupukan berimbang, peninggian guludan, pemakaian mulsa hitam perak, tumpang sari. Pengendalian penyakit ini dengan fungisda Difenoconazole (score 250 EC, 0,5 ml/l) interval penyemprotan 7 hari.
- Penyakit Busuk daun Fitoftora disebabkan oleh patogen Phytopthora capsici, dengan menyerang seluruh bagian tanaman dengan gejala infeksi busuk basah berwarna hijau, setelah jering berwarna coklat/hitam. Gejala berlanjut dengan kelayuan serentak pada bagian tanaman yang akhirnya kering dan mati. Pengendalian dengan pemupukan berimbang, peninggian guludan, pemakaian mulsa hitam perak, tumpang sari. Pengendalian penyakit ini dengan fungisda Metalaksil-M 4 % + Mancozeb 64 %(Ridomil Gold 4/64 WP @ 3 g/l) bergantian dengan fungisida kontak klorotalonil (Daconil 300 F @ 2 g/l). Fungisida sistemik digunakan maksimal 4 kali per musim.
- Penyakit Layu Fusarium, yang disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporum dengan gejala daun kekukuningan yang dimulai dari bagian atas. Kelayuan secara bertahap sampai terjadi kelayuan permanen dan daun tetap menempal pada batang. Pengendalian dengan pengolahan lahan yang sempurna, jangan memakai lahan yang sudah terkontaminasi penyakit, pemupukan berimbang, peninggian guludan, pemakaian mulsa hitam perak, tumpang sari dan pembuangan tanaman yang terinfeksi.
- Penyakit Bususk Daun Choanephora yang disebabkan oleh patogen Choanephora cucurbitarum dengan gejala mulai darititik tumbuh, bunga dan pucuk, kemudian menyebar ke bawah bagian tanaman. Daun pucuk berubah dari hijau menjadi coklat, membusuk dan hitam. . Pengendalian dengan pengolahan lahan yang sempurna, jangan memakai lahan yang sudah terkontaminasi penyakit, pemupukan berimbang, peninggian guludan, pemakaian mulsa hitam perak, tumpang sari dengan tomat dan pembuangan tanaman yang terinfeksi.penyemprotan dengan fungisida secara bergilir antara fungisida sistemik satu kali (bisa Acelalamine 0,5 %, Dimetomorhp 0,1 %, Oxidasil 0,1 %) dengan fungisida kontak klorotalonil 2 % sebanyak 3 kali dengan interval seminggu sekali
- Penyakit bercak kelabu Stemfilium. Yang disebabkan oleh patogen Stemphylium solany. Dengan gejala bercak daun berbentuk sirkuler berukuran kecil. Pengendalian dilakukan dengan pemupukan berimbang, tumpangsari, dan mulsa plastik hitam perak. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida Diefenokonzol, pemakaian lahan yang steril, Pengendalian penyakit ini dengan fungisda Difenoconazole (score 250 EC, 0,5 ml/l) interval penyemprotan 7 hari.
- Penyakit Embun tepung yang disebabkan oleh patogen Leveilula taurica, dengan gejala daun kekuningan pada permukaan daun bagian atas. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida Diefenokonzol, pemakaian lahan yang steril, Pengendalian penyakit ini dengan fungisda Difenoconazole (score 250 EC, 0,5 ml/l) interval penyemprotan 7 hari.
c. Nematoda
- Penyakit Bengkak akar yang disebabkan oleh patogen Meloidogyne spp, dengan gejala pada bagian atas tanaman terjadi kuning, layu. Namun vigor tanaman tersebut sangat buruk. Perkembangan sistem perkaran menjadi lebih kecil atau sempit serta timbul bintil-bintil akar. Pengendalian dengan mengolah lahan secara sempurna supaya terkena sinar matahari, melakukan perendaman lahan selama 2-3 hari, pemupukan berimbang, lahan yang terkontaminasi diberi Furadan 30 kg/ha.
d. Virus
- Penyakit ini dinamakan Mozaik Keriting, yang disebabkan oleh patogen PVY, TEV, CMV dan CVMV secara tunggal atau gabungan. Gejala yang ditimbulkan daun berwarna mosaik belang antara hijau tua dan hijau muda yang ditularkan oleh vektur kutu daun (Myzus persicae). Kadang-kadang daun menjadi cekung, keriting dan memanjang serta menyempit seperti tali sepatu. Pengendalian dilakukan dengan melakukan pemupukan berimbang, tanam tumpang sari dengan tomat, penggunaan mulsa hitam perak, pembuangan tanaman yang terinfeksi, dan gunakan insektisida untuk mengendalikan kutu daun.
- Penyakit Kerdil, Nekrosis dan mosaik ringan. Yang disebabkan oleh TMV dan ToMV yang ditularkan secara kontak. Gejala adalah daun kerdil, sistemik klorosis, dan mosaik, yang diikuti dengan gugur daun.Pengendalian dengan menghindari lahan yang sudah terinfeksi, mengolah lahan dengan baik, pemupukan berimbang, pemakaian mulsa, intercroping dengan tomat, tanaman yang terinfeksi segera dicabut.
- Penyakit Kerupuk yang disebabkan oleh patogen Chilli Puckery Stunt Virus (CPSV) yang ditularkan oleh vektor kutu daun Aphis gossypii . gejala yang ditimbulkan pada daun muda melekung kebawah, dan selanjutnya disertai kerutan-kerutan, daun berwarna hijau mengkilat dan permukaan tidak rata,daun menumpuk dan mengeras seperti kerupuk. Pengendalian dengan pemupukan berimbang, intercroping, penggunaan mulsa, pencabutan tanaman yang sakit, dan insektisida untuk kutu daun.
- Penyakit Kuning keriting yang disebabkan oleh virus Gemini yang ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci). Gejalanya adalah daun mengkerut dengan warna mosaik ringan, yang selanjutnya secara keseluruhan daun/pucuk akan berwarna kuning cerah. Pengendalian pemupukan berimbang, intercroping, pemakain mulsa, pelepasan musuh alami, dan insektisida bahan aktif, bifentrin, Buprofezin, Imidakloprid dan Endosulfan.
4. Penyakit yang Menyerang Buah.
a. Bakteri
- Penyakit ini dinamakan Busuk Basah bakteri yang disebabkan oleh patogen Erwinia carotovora pv carotovora. Gejala yang ditimbulkan busuk basah mulai dari tangkai sampai kelopak buah, jaringan bawah yang terinfeksi menjadi lunak dan luka melebar sampai ke daging buah dan berlendir. Pengendalian dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat,sanitasi kebun, panen pada cuaca kering, simpan buah pada tempat teduh, mengumpulkan buah yang terinfeksi dan menguburnya.
- Penyakit Bercak Kering Bakteri yang disebabkan oleh patogen Xanthomonas campestris pv vesicatoria. Gejala yang ditimbulkan bercak berbentuk bulat kutil tidak beratur, kutil yang menyatu membentuk cembungan besar yang retak-retak. Pengendalian dengan menggunakan benih yang bersertifikat, rotasi pertanaman, penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga.
b. Cendawan
- Penyakit Antraknos, yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum spp,dengan gejala pada buah muda atau tua ada bintik hitam di tengah seperti terkena air panas, kemudian membusuk dan kering. Pengendalian dengan pemakaian benih bersertifikat,yang direndam dalam fungisida (triazole atau pirimidin), buah yang terinfeksi dikumpulkan dan dikubur, semprot tanaman dengan fungisida sistemik dan kontak secara bergantian.
- Penyakit Bercak Fitoftora yang disebabkan oleh patogen Phyotopthora capsici. Geja awal adalah ada bercak seperti tersiram air panas pada buah dengan warna hijau buram, dan menyebar dengan cepat, buah akan menjadi lembek dan mengkerut. Pengendalian dilakukan denganpemupukan berimbang, intercroping, penggunaan mulsa, pembuagan tanaman dan buah yang terinfeksi, penggunaan fungisida bahan aktif Metalaksil 4 % + Mancozeb 64 % (Ridomil Gold) dengan dosis 2 g/l dan fungisida kontak klorotalonil (Daconil 500 F dengan dosis 2 g/l).
c. Virus
- Penyakit Mosaik belang yang disebabkan oleh patogen CMV atau TEV, dengan gejala buah abnormal, melengkung dan tidak rata, warna buah belang kuning sepanjang alur buah. Pengendalian dengan pemupukan berimbang, intercroping, penggunaan mulsa, pembuangan tanaman yang terinfeksi, penyemprotan insektisida untuk kutu daun.
Penerapan SNI Cabai tersebut diharapkan dapat meningkatkan jaminan mutu, keamanan pangan, serta nilai tambah bagi kepentingan konsumen dan produsen. Tujuan akhir tidak lain untuk meningkatkan daya saing serta mendukung pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Sumber referensi :
- BSN : SNI: 4480: 2016 Cabai
- Duriat A.S, dkk, 2007. Penyakit Penting Tanaman Cabai dan Pengendaliannya, Balitsa, Badan Litbang Pertanian.